Payakumbuh,liputansumbar-Hari ini, Senin 23 September 2019 tepat dua tahun pasangan H.Riza Falepi, S.T, M.T dan H. Erwin Yunaz, S.E,.M.M menjabat sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Payakumbuh. Duet pemimpin muda yang enerjik ini resmi dilantik oleh Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, tepatnya pada Sabtu, 23 September 2017 di Aula Gubernuran.

Mengusung visi “Payakumbuh Maju, Sejahtera dan Bermartabat, Dengan Semangat Kebersamaan, Menuju Payakumbuh Menang” banyak capaian yang telah berhasil ditorehkan pasangan serasi ini. Mereka terus menunjukan kiprah positif bagi kemajuan Kota Payakumbuh. Berbagai prestasipun berhasil diraih dalam masa dua tahun memerintah.

loading...

Beberapa penghargaan yang berhasil diraih untuk kategori pimpinan daerah antara lain Leadership Award pada akhir tahun 2017, Investment Award, Bung Hatta Award, Perpamsi Award, Government Award dari Sindo dan terbaru Indonesia’s Attractiveness Award dari Majalah TEMPO.

Payakumbuh juga dinobatkan sebagai Kota Layak Anak kategori Madya, Kota Sehat dengan capaian Wistara 5 kali beruntun, Piala Adipura, Opini Keuangan WTP beruntun sejak 2015, Piala WTN 7 kali beruntun, Pelayanan Publik Terbaik, 10 besar nasional SAKIP dengan prediket BB, Perencana Pembangunan Terbaik.

Kemudian, Pengelola Pendidikan Terbaik, Penghargaan Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah Bidang Pekerjaan Umum (PKPD-PU), Penyelenggara Irigasi Terbaik Nasional. Payakumbuh menjadi satu satunya Kota di Indonesia yang berhasil meraih Penghargaan itu.

Lalu ada penghargaan sebagai Pelaksana DAK terbaik Bidang Perumahan tahun 2018, Kota dengan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (KPPD) Terbaik di Pulau Sumatera tahun 2018, Prediket Kepatuhan Tinggi terhadap Pelayanan Publik dari Ombudsman RI dan menjadi yang terbaik di Sumatera Barat pada tahun 2018.

Kemudian penghargaan UHC JKN-KIS dari Presiden Republik Indonesia atas kontribusinya dalam mendukung Program Strategis Nasional dalam mewujudkan Universal Health Coverage (UHC) di wilayahnya lebih awal sebelum tahun 2019.

Lalu, penghargaan tertinggi, Pastika Awya Pariwara sebagai daerah yang sudah menetapkan dan mengimplementasikan kebijakan/peraturan daerah pelarangan terhadap iklan rokok diluar ruangan dari Menteri Kesehatan RI. Kemudian Payakumbuh juga menjadi daerah pertama di Indonesia yang menerapkan surat perintah perjalanan dinas (SPPD) online dan menjadi rujukan banyak daerah di Indonesia.

Sederet penghargaan diatas merupakan bukti bahwa duet Riza Falepi – Erwin Yunaz dalam dua tahun kepemimpinannya telah banyak menghadirkan perbaikan diberbagai sektor yang tentunya berkorelasi kepada peningkatan kesejahteraan warga Kota Payakumbuh. Mereka juga mampu menjaga prediket Kota Payakumbuh sebagai daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera Barat (rata-rata diatas 6 persen).

Yang menarik dari visi duet pemimpin ini adalah visi ekonomi dan kesejahteraan yang cukup kental dan menjadi lanjutan dari visi periode pertama seorang Riza Falepi bersama Erwin Yunaz pada periode kedua. Mereka mentargetkan “Menuju Payakumbuh Menang” diakhir visinya. Dalam satu kesempatan, istilah ini dijelaskan oleh Walikota Riza Falepi.

“Menuju Payakumbuh Menang dalam visi kami diartikan sebagai “Kesiapan Payakumbuh untuk menghadapi globalisasi, berbasis kekuatan lokal, untuk menjadi yang terbaik dan terdepan dengan mempertahankan pencapaian sebelumnya, serta menjadi contoh bagi bagi daerah lain untuk menciptakan perubahan bagi kenyamanan dan kesejahteraan warga kota Payakumbuh.” ujar Walikota Riza Falepi.

Hal itu bukan sekedar ucapan belaka. Pasangan ini serius membangun produk lokal yang memiliki daya saing global. Salah satu yang telah, sedang dan akan dikembangkan adalah industri rendang (baca, Randang) Payakumbuh. Randang menjadi branding baru Kota Payakumbuh dengan tagline “Payakumbuh The City of Randang”.

Dikatakan Walikota Riza Falepi bersama Wawako, Erwin Yunaz, dirinya menjadikan randang sebagai branding baru Kota Payakumbuh bukan tanpa alasan. Randang dipilih karena dinilai memiliki daya ungkit yang kuat untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Payakumbuh menjadi doble digit (diatas 10 persen).

“Challege (tantangan-red) saya adalah bagaimana kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat kota terus tumbuh dan berkelanjutan. Bisa ngak kemakmuran Payakumbuh melesat jauh melebihi daerah lain di Indonesia,” ujar Walikota Riza suatu waktu.

“Saya fikir kita harus memulainya dengan membangun daya saing, membangun daya saing itu harus fokus. Jangan terlalu banyak produk. Nah, saya lihat rendang bisa kita jadikan produk Payakumbuh yang memiliki daya saing kuat sampai ke level internasional,” tambahnya.

Duet pasangan ini telah mendeklarasikan Payakumbuh sebagai Kota Randang pada HUT Kota Payakumbuh ke -48 tahun, Desember 2018 silam. Deklarasi tersebut tentu bukan sekedar klaim. Payakumbuh tercatat sudah memiliki 43 IKM rendang dengan memiliki Kampung Rendang di Daerah Lamposi dengan Produksi rendang IKM sudah mencapai 1 ton per hari.

Saat ini, Payakumbuh telah memiliki Sentral Industri Randang yang terletak di Padang Kaduduak, Kecamatan Payakumbuh Utara. Sentral industri randang ini merupakan langkah awal Payakumbuh menjadikan produk randang go internasional.

Randang go internasional bukanlah mimpi yang muluk dalam pandangan mereka. Bukankah randang sudah diakui lembaga dunia semacam UNESCO dan juga CNN sebagai makanan terlezat didunia? Inilah yang menjadi pendorong utama mereka begitu serius mewujudkan impian itu.

Impian itu semakin nyata karena didukung dengan semua bahan baku rendang tersedia di Payakumbuh. Mulai dari ketersediaan daging, cabe khas Payakumbuh yaitu cabe Kopay, hingga kelapanya. Kelapa Payakumbuh memiliki kelebihan dibandingkan kelapa daerah lain dimana kandungan santannya yang cenderung mengeluarkan lebih banyak minyak. Hal itu tentu menambah cita rasa rendang Payakumbuh itu sendiri. Semua itu dipandang sebagai opportunity yang harus digarap serius.

Riza-Erwin berpikir keras bagaimana caranya skala bisnis rendang ini semakin besar dan bisa berproduksi dalam jumlah massal. Berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut. Mulai dari pembangunan Gedung Sentra IKM Rendang, persiapan BUMD peternakan sapi, pemanfaatan rumah potong hewan bertaraf internasional, teknologi retouch, hingga pengadaan mesin vertical packaging.

Dari segi marketing, produk rendang diliterasikan menjadi video dan buku. Buku rendang Payakumbuh dibuat dua bahasa yaitu Indonesia-Inggris dan Indonesia-Arab. Targetnya akan dijadikan 7 bahasa ditambah Indonesia-Mandarin, Indonesia-Jepang, Indonesia-Korea, Indonesia-Prancis, dan Indonesia-Spanyol. Itu semua diliterasikan dengan tujuan untuk disebar ke seluruh dunia agar rendang Payakumbuh semakin dikenal pasar internasional.

Selain itu, para pengusaha rendang juga difasilitasi untuk mengikuti ekspo baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Beberapa waktu yang lalu, Riza membawa sejumlah pengusaha rendang Payakumbuh untuk mengikuti ekspo di Jeddah, Arab Saudi. Di sana, Rendang Payakumbuh dipresentasikan dengan penyajian yang baik, mulai dari segi ingredient, kandungan nutrisi, cara pengolahan, hingga kemasan yang baik, sehingga mereka memahami bahwa wajar rendang diakui sebagai makanan terlezat di dunia.

Disamping randang yang mereka yakini mampu menembus pertumbuhan ekonomi doble digit, Payakumbuh dibawah dua tahun kepemimpinan Riza Erwin juga terus membangun semua sektor, baik fisik maupun non fisik. Pembangunan sektor fisik tidak kalah gencarnya. Saat ini Payakumbuh sedang membangun proyek monumental berupa normalisasi Batang Agam. Proyek multiyears ini diyakini akan mampu meningkatkan perwajahan kota Payakumbuh menuju Kota Modern. Sungai harus jadi etalase, bukan lagi bagian belakang tempat membuang kotoran dan sampah.

Pada objek yang sama, Riza-Erwin juga tengah melaksanakan pembangunan WTP. Sebuah Teknologi pengolahan air limbah menjadi air minum. Dengan proyeksi produksi mencalai 100 liter/ detik, Proyek ini diyakini akan mampu memenuhi kebutuhan air bersih warga Kota Payakumbuh dan mengurangi ketergantungan pasokan air baku kepada daerah tetangga.

Sementara pembangunan sektor Non Fisik juga tak kalah gencar, baik disektor pendidikan maupun sosial budaya dan keagamaan. Riza-Erwin telah menyatakan tak boleh ada anak Payakumbuh yang berhenti sekolah karena masalah biaya. Maka merekapun menggelontorkan banyak anggaran beasiswa. Sementara dibidang sosial budaya, mereka telah mencanangan Payakumbuh sebagai pusat literasi adat Minangkabau, sebuah gerakan untuk menjaga dan mewariskan nilai adat budaya Minang kepada generasi berikutnya, serta masih banyak lagi gebrakan lain yang dilakukan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here