Diplomasi tradisional biasanya dilakukan oleh diplomat untuk mempromosikan nilai dan kepentingan suatu negara. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul bentuk diplomasi yang unik dan efektif, yaitu gastrodiplomasi. Gastrodiplomasi adalah pendekatan yang menggunakan kuliner untuk membentuk persepsi global tentang suatu negara dan meningkatkan citra negara tersebut. Melalui gastrodiplomasi, negara berupaya menanamkan nilai-nilai dan memberikan pemahaman kepada masyarakat luas tentang warisan kulinernya yang khas.
Rendang Sebagai Alat Diplomasi
Salah satu kekayaan kuliner Indonesia yang mendunia adalah Rendang dari Sumatera Barat. Rendang dinobatkan sebagai makanan terenak oleh CNN Travel pada tahun 2011 dan 2017 dalam daftar “World’s 50 Most Delicious Foods”. Popularitas Rendang hingga saat ini tidak perlu diragukan lagi, sehingga dapat menjadi alat diplomasi yang kuat bagi Indonesia. Melalui inisiatif “Indonesia Spice Up The World”, pemerintah Indonesia memanfaatkan Rendang bersama kekayaan rempah-rempah dan kuliner tradisional Indonesia lainnya untuk membangun citra kekayaan budaya kuliner Indonesia di mata dunia.
“Payakumbuh City of Randang”
Dalam lingkup yang lebih kecil, ada program One Village One Product (OVOP) yang dirancang untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) di suatu daerah dengan menghasilkan produk lokal yang unik dan memiliki daya saing di lingkup internasional. Di Sumatera Barat, khususnya Kota Payakumbuh, program OVOP berfokus pada produksi Rendang. Sejak tahun 2018, pemerintah Kota Payakumbuh melalui branding “Payakumbuh City of Randang” menekankan hubungan Payakumbuh dengan makanan tradisional Rendang. Strategi branding ini bertujuan untuk mempromosikan wisata kuliner kota, meningkatkan aktivitas ekonomi terutama industri Rendang, dan meningkatkan citra nasional Indonesia melalui gastrodiplomasi.
Filosofi Rendang dalam Budaya Minangkabau
Rendang bukan hanya makanan; dalam budaya Minangkabau, Rendang memiliki nilai budaya yang sangat penting. Seringkali, Rendang dimasak bersama-sama dan dihidangkan pada acara-acara penting. Rendang dibuat dengan sangat hati-hati, menggunakan bahan-bahan segar dan berkualitas tinggi. Rendang dianggap sebagai simbol solidaritas dan kepedulian dalam budaya Minangkabau. Ini menunjukkan bahwa Rendang tidak hanya berfungsi sebagai makanan, tetapi juga sebagai simbol budaya masyarakat Minangkabau.
Gastrodiplomasi Melalui Rendang
Dengan mempromosikan Rendang ke pasar global, Indonesia dapat meningkatkan pengaruhnya. Penyebaran kuliner dan nilai-nilai budaya ini turut memperkuat citra dan posisi Indonesia di dunia internasional. Gastrodiplomasi, khususnya “diplomasi Rendang”, dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak hanya pemerintah maupun diplomat. Sektor swasta, profesional atau ahli di bidang kuliner, hingga masyarakat umum dapat berperan penting dalam mempromosikan Rendang sebagai warisan budaya kuliner Indonesia ke masyarakat global melalui festival, acara kuliner, atau berkolaborasi dengan badan-badan pemerintah.
Melalui upaya ini, Indonesia tidak hanya mengenalkan kelezatan Rendang kepada dunia, tetapi juga memperkuat hubungan antarbangsa melalui diplomasi kuliner. Rendang menjadi lebih dari sekadar makanan; ia menjadi duta budaya yang membawa pesan persahabatan dan keragaman Indonesia ke seluruh penjuru dunia.
Oleh : Alicia Zatilaqmar Yunaz
