Payakumbuh,liputansumbar
Program 100 hari kerja Pemerintah Kota Payakumbuh di bawah kepemimpinan Walikota Zulmaeta dan Wakil Walikota Elzadaswarman (ZUZEMA) menuai kritik tajam dari berbagai elemen masyarakat. Alih-alih menjadi pijakan awal menuju pembangunan lima tahun ke depan, program tersebut justru dianggap menimbulkan polemik dan kegaduhan.
Dalam rapat paripurna serah terima jabatan pada Maret lalu, Walikota Zulmaeta memaparkan 16 program unggulan yang dijanjikan akan diselesaikan dalam 100 hari. Namun, tidak lama berselang, demonstrasi mahasiswa menggugat validitas dan relevansi program tersebut.
“Saya senang ada kritikan dari mahasiswa. Itu murni, tidak ada unsur politiknya,” ujar Zulmaeta, sembari menegaskan bahwa program 100 hari hanyalah jargon dan tidak tercantum dalam undang-undang.
Salah satu sumber polemik adalah pembangunan Tugu Selamat Datang di kawasan Ngalau Balai Panjang, yang ditentang oleh masyarakat adat setempat karena dinilai tidak melalui proses musyawarah. Proyek tersebut dinilai arogan dan menyingkirkan kearifan lokal.
Tak hanya itu, warga Kanagarian Koto Tuo di Kecamatan Harau menuntut penyelesaian tapal batas wilayah sebelum melanjutkan proyek pembangunan fisik apa pun. Mereka mendesak Pemko untuk segera mengurus legalitas ke kementerian terkait.
Sementara itu, aksi damai mahasiswa se-Kota Payakumbuh yang digelar di depan Kantor Balaikota menambah panas suasana. Dalam orasinya, mahasiswa mengkritisi program yang dianggap tidak menyentuh masalah utama kota: pengelolaan sampah, hiburan malam ilegal, dugaan praktik LGBT di ruang publik, hingga kebijakan pendidikan yang kurang transparan.
Tokoh masyarakat Hendra Yani pun angkat suara. Ia menyebut program 100 hari seharusnya menjadi fondasi strategis, bukan hanya seremonial.
“Kalau minim ide dan gagasan, bagaimana bisa membawa perubahan nyata?” tanyanya retoris.
Hingga berita ini diturunkan, Pemerintah Kota Payakumbuh belum mengeluarkan indikator kinerja resmi untuk mengukur keberhasilan program 100 hari. Meski begitu, Zulmaeta menyatakan bahwa pihaknya tetap terbuka terhadap semua kritik dan masukan.
Kini publik menanti, apakah ZUZEMA mampu mengubah polemik ini menjadi pijakan kuat untuk membangun Payakumbuh lima tahun ke depan atau hanya sekadar pencitraan didepan sorotan kamera seakan hebat bekerja di awal jabatan?. (ws)