Payakumbuh,liputansumbar.com
Polemik seputar berakhirnya masa jabatan Direktur Utama (Dirut) Perumda Air Minum Tirta Sago Masa Bakti 2020-2025 yang dilantik pada 29 Juni 2020 silam, menjadi perbincangan hangat di kalangan pengamat kebijakan publik dan masyarakat lokal Kota Payakumbuh. Isu ini mencuat setelah sejumlah media menyoroti manuver sang mantan direktur yang dinilai masih “mencintai” kursi Dirut dengan berbagai upaya, mulai dari keinginan menjadi Pelaksana Tugas (Plt), hingga menampilkan deretan prestasi selama masa kepemimpinannya.
Langkah-langkah tersebut, menurut sejumlah pihak, seolah menjadi sinyal bahwa sang mantan Dirut belum sepenuhnya rela melepas jabatan yang disebut-sebut “seksi” dan strategis ini. Tak sedikit pula yang menilai bahwa uraian capaian kinerja tersebut ditujukan sebagai bahan pertimbangan bagi Wali Kota Zulmaeta, selaku Komisaris Pemilik Modal, untuk memperpanjang masa kepemimpinan atau setidaknya mempertahankan sang Dirut dalam struktur manajemen.
Namun, kenyataan berkata lain. Wali Kota Zulmaeta justru menunjuk Direktur Umum Perumda Tirta Sago sebagai Pelaksana Tugas Dirut. Keputusan ini menandakan adanya arah kebijakan baru yang tengah digagas Zulmaeta dalam tubuh perusahaan daerah tersebut.
“Wali Kota tentu memiliki pandangan dan pertimbangan tersendiri. Apalagi sejak awal, beliau sangat lantang menyuarakan pentingnya profesionalisme dan kompetensi dalam mengelola lembaga publik,”ujar H. Tasrif. SH seorang pengamat kebijakan publik Kota Payakumbuh.
Menurut pengamat tersebut, keputusan Zulmaeta bisa dimaknai sebagai bentuk konsistensi terhadap pernyataan-pernyataannya selama ini yang menginginkan tata kelola perusahaan daerah yang transparan, bebas dari kepentingan pribadi, dan berbasis pada keahlian.
Meski demikian, dinamika di balik layar tetap menjadi sorotan. Banyak pihak menyebut posisi Dirut Perumda Tirta Sago sebagai jabatan yang sangat diminati oleh sejumlah figur, baik dari kalangan profesional maupun politis. Tak pelak, berbagai upaya untuk menarik simpati Wali Kota pun muncul, dari pendekatan personal hingga pencitraan kinerja.
“Kita berharap Wali Kota benar-benar objektif, profesional, dan tidak terjebak dengan pernyataannya sendiri. Apa pun bentuknya—apakah lewat panitia seleksi Independen, uji kelayakan, titipan para Pembisik atau lainnya—tetap saja keputusan akhir berada di tangan Wali Kota,” lanjut H. Tasrif akrap disapa Om Sai.
Ke depan, masyarakat menanti gebrakan nyata dari Wako Zulmaeta dalam menyikapi situasi ini. Apakah ia akan memilih pemimpin baru yang benar-benar membawa semangat perubahan profesional, atau hanya gimmick politik.
Yang jelas, keputusan tersebut akan menjadi cerminan konsistensi dan arah kebijakan kepemimpinan Zulmaeta dalam membenahi BUMD strategis kebanggaan masyarakat Payakumbuh.(ws)