Payakumbuh ,liputansumbar.com
Percepatan pembangunan infrastruktur, khususnya revitalisasi pasar di Kota Payakumbuh, kini menjadi sorotan tajam di tengah lesunya ekonomi masyarakat. Alih-alih membawa harapan, proyek ambisius Pemerintah Kota ini justru menyisakan kesedihan mendalam bagi ribuan pedagang kecil.
Bagaimana tidak, selain dihantam turunnya daya beli masyarakat, para pedagang juga baru saja kehilangan mata pencaharian akibat kebakaran yang melanda ratusan toko dan kios di pusat pertokoan Payakumbuh. Di tengah duka itu, mereka kembali harus berhadapan dengan rencana besar pemerintah untuk merombak kawasan pasar tradisional menjadi pusat bisnis modern.
Wakil Wali Kota Payakumbuh, Elzadaswarman, dalam Sarasehan Ekonomi Sumatera Barat 2025 di Padang, Selasa (22/7/2025), menegaskan komitmen pemerintah kota memperkuat fondasi ekonomi daerah. Forum yang dihadiri kepala daerah se-Sumbar itu mengusung tema “Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Melalui Inovasi dan Kolaborasi Menuju Perekonomian Tangguh di Sumatera Barat.”
Dalam paparannya, Elzadaswarman memperkenalkan sejumlah proyek strategis, salah satunya Revitalisasi Pusat Pertokoan Kota (Pasar Inpres) menjadi Central Business District (CBD) modern. Kawasan berusia lebih dari empat dekade itu dirancang menjadi pusat bisnis dengan konsep trade center, culinary center, hotel dan apartemen, area pameran, hingga viewing tower 360°. Bangunan baru akan dirancang ramah lingkungan (green building) setinggi maksimal 10 lantai, yang diharapkan menjadi ikon ekonomi baru Payakumbuh.
Namun, di balik rencana megah itu, ribuan pedagang kecil kini merasa menjadi korban.
“Ini sangat zholim. Kami kehilangan kios karena kami menduga ada indikasi ini dibakar. Saat usaha makin sulit, daya beli masyarakat turun, sekarang kami malah dihadapkan dengan api yang meluluh lantakkan usaha kami,” ungkap H.Esa Ketua IP3,Pengurus dan Puluhan pedagang dalam pertemuan dengan awak media di Balai Wartawan Kota Payakumbuh.
Menurut H. Esa, didampingi pengurus IP3, lima hari sebelum kebakaran ini terjadi pihaknya diundang Pemerintah Daerah untuk membahas konsep revitalisasi bersama konsultan Universitas Bung Hatta (UBH).
“Konsep itu bagus karena menata ulang pasar. Tapi dari penyampaian Pemda, yang mereka inginkan adalah membongkar pasar lama lalu membangun yang baru. Kami sudah sampaikan, kita tidak menolak pembangunan, tapi kondisi pasar sekarang juga harus diperhatikan. Tata dulu dimana kami berdagang,” tegas H. Esa.
Terkait kebakaran, H. Esa bahkan menduga adanya kaitan dengan penolakan pedagang terhadap rencana revitalisasi.
“Apa hubungannya dengan kejadian kebakaran ini? Karena kita menolak keinginan Pemda. Padahal gedung saat ini masih bagus, masih layak pakai. Dua bulan terakhir, CCTV pasar malah dibongkar. Kami berburuk sangka, pasar ini sengaja dibakar. Kebakaran ini tidak murni, tapi kami duga disengaja,” ujarnya tegas.
Di satu sisi, proyek ini memang digadang-gadang mampu membuka peluang investasi dan menghadirkan wajah baru Payakumbuh. Namun, di sisi lain meninggalkan luka mendalam bagi kami pedagang kecil yang menggantungkan hidup di pasar tradisional yang menjadi Korban.(ws)